Pembaca blog Potret Catur yang terhormat, salam berjumpa kembali. Lama sekali blog ini tidak saya update karena kesibukkan sehari-hari yang sepertinya praktis menyedot seluruh energy saya. Jadi blog catur ini tampaknya hanya bisa saya isi saat saya bertugas yang berkaitan dengan pertandingan catur di mana saya terlibat di dalamnya, baik sebagai salah satu penyelenggara turnamen, atau sebagai pendampingi atlet catur yang tengah bertanding, atau memang ditugaskan untuk meliput suatu pertandingan catur.
Liputan terakhir saya adalah Kuala Lumpur Open yang berlangsung akhir tahun lalu. Saat itu liputan saya terputus di tengah jalan, dan tidak ada kelanjutannya sama sekali. Banyak orang yang selalu mengikuti liputan saya tersebut bertanya-tanya: kenapa liputan tersebut tidak tuntas? Biasanya liputan saya selalu tuntas hingga turnamen berakhir.
Pembaca Potret Catur yang terhormat, memang tidak banyak yang tahu bahwa saat berlangsung Kuala Lumpur Open 2008 tersebut, tiga anggota tim yang saya bawa mengalami musibah dijambret saat berjalan pulang ke hotel di daerah Puchong seusai kami makan malam bersama yang berakhir sekitar jam sepuluh malam akibat pertandingan memang selesai sangat lambat dan menunggu bus terakhir yang mengantar pulang.
Akibat penjabretan tersebut, dua pecatur cilik saya (Sonya dan Shieta) serta ibunya Rosani, harus kehilangan paspor dan seluruh benda berharga yang ada di dalam tasnya. Tidak tanggung-tanggung, tiga paspor hilang! Benda berharga lainnya yang ada di dalam tas yang dijambret tersebut adalah kamera digital, berbagai atm dan kartu kredit, dan tentu saja sejumlah uang rupiah dan uang ringgit Malaysia.
Dan bisakah anda bayangkan betapa paniknya orang yang kehilangan paspor di negeri orang? Dan bagaimanakah kepanikkan seorang manager yang bertanggung-jawab terhadap ketiga anggota timnya tersebut? Yang bisa saya katakan, janganlah mengalami hal tersebut di negeri orang. Habis pikiran, tenaga dan uang anda! Banyak yang mau membantu, tapi mereka juga punya kesibukkan yang harus mereka selesaikan pada saat yang sama.
Maka sebagai manager yang bertanggung-jawab, saya mengambil-alih seluruh tugas tersebut dengan penuh kesadaran seperti seolah-olah saya sendiri yang mengalami musibah penjambretan tersebut. Dan satu hal yang bisa saya katakan Kawan, berurusan dengan birokrasi di mana pun, minta ampun melelahkannya, capek lahir dan batin dibuatnya!
Itulah yang menyebabkan saya tidak pernah mampu lagi melanjutkan liputan Kuala Lumpur Open 2008 tersebut. Bisa sepanjang cerita sebuah novel untuk menuliskan pengalaman buruk tersebut. Mungkin sejumlah foto-foto terlampir dapat mengutarakan beribu-ribu kata ….
Liputan terakhir saya adalah Kuala Lumpur Open yang berlangsung akhir tahun lalu. Saat itu liputan saya terputus di tengah jalan, dan tidak ada kelanjutannya sama sekali. Banyak orang yang selalu mengikuti liputan saya tersebut bertanya-tanya: kenapa liputan tersebut tidak tuntas? Biasanya liputan saya selalu tuntas hingga turnamen berakhir.
Pembaca Potret Catur yang terhormat, memang tidak banyak yang tahu bahwa saat berlangsung Kuala Lumpur Open 2008 tersebut, tiga anggota tim yang saya bawa mengalami musibah dijambret saat berjalan pulang ke hotel di daerah Puchong seusai kami makan malam bersama yang berakhir sekitar jam sepuluh malam akibat pertandingan memang selesai sangat lambat dan menunggu bus terakhir yang mengantar pulang.
Akibat penjabretan tersebut, dua pecatur cilik saya (Sonya dan Shieta) serta ibunya Rosani, harus kehilangan paspor dan seluruh benda berharga yang ada di dalam tasnya. Tidak tanggung-tanggung, tiga paspor hilang! Benda berharga lainnya yang ada di dalam tas yang dijambret tersebut adalah kamera digital, berbagai atm dan kartu kredit, dan tentu saja sejumlah uang rupiah dan uang ringgit Malaysia.
Dan bisakah anda bayangkan betapa paniknya orang yang kehilangan paspor di negeri orang? Dan bagaimanakah kepanikkan seorang manager yang bertanggung-jawab terhadap ketiga anggota timnya tersebut? Yang bisa saya katakan, janganlah mengalami hal tersebut di negeri orang. Habis pikiran, tenaga dan uang anda! Banyak yang mau membantu, tapi mereka juga punya kesibukkan yang harus mereka selesaikan pada saat yang sama.
Maka sebagai manager yang bertanggung-jawab, saya mengambil-alih seluruh tugas tersebut dengan penuh kesadaran seperti seolah-olah saya sendiri yang mengalami musibah penjambretan tersebut. Dan satu hal yang bisa saya katakan Kawan, berurusan dengan birokrasi di mana pun, minta ampun melelahkannya, capek lahir dan batin dibuatnya!
Itulah yang menyebabkan saya tidak pernah mampu lagi melanjutkan liputan Kuala Lumpur Open 2008 tersebut. Bisa sepanjang cerita sebuah novel untuk menuliskan pengalaman buruk tersebut. Mungkin sejumlah foto-foto terlampir dapat mengutarakan beribu-ribu kata ….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar